PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI PADA PEKERJA DI BAGIAN DRYLER DI PT. X

Authors

  • Eti kurniawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Abstract

Iklim kerja yangtinggi mampu menimbulkan overstress dan panas metabolisme dalam tubuhsehingga pekerja berpotensi mengalami tekanan panas dan kekurangan cairanakibat keringat berlebih yang dikeluarkan akan mempengaruhi status hidrasipekerja. Rata-rata iklim kerja di bagian dryler PT Angkasa Raya Jambi adalah 29,43oC. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya pengaruh iklim kerja panas terhadap dehidrasi pada pekerja dibagian bagian Dryler di PT Angkasa Raya Djambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 38 tenaga kerja di bagian dryler. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan Heat Stress Meter. Sebanyak 42,1% responden mengalami dehidrasi, rata-rata iklim kerja 29,429oC, 84,2% responden mengalami keluhan kelelahan sedang, 71,1% responden tidak melakukan aktifitas fisik dan 60,5% responden tidak mengkonsumsi air putih > 8 gelas/hari. Ada hubugan antara iklim kerja panas (p=0,000), aktivitas fisik (p=0,023) dan konsumsi air putih (p=0,010) dengan dehidrasi pada pekerja dibagian dryler PT Angkasa Raya Djambi. Tidak ada hubungan kelelahan (p=1,000) dengan dehidrasi pada pekerja dibagian dryler PT Angkasa Raya Djambi. Diharapkan perusahaan memperbaiki ventilasi terbuka atau pemasangan blower disetiap sudut ruangan kerja agar sirkulasi udara dapat mengalir dengan baik, sehingga panas di tempat kerja dapat dialirkan ke luar dengan lancar, meningkatkan fasilitas perusahaan untuk mempermudah pekerja dalam mengakses air minum, misalnya menambah jumlah galon dan dispenser disetiap sudut ruangan kerja

References

Soeripto M. Higine Industry. Jakarta: Balai Pustaka; 2008.

Subaris H, Haryono. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cedika Press; 2015.

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Iplementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Baru; 2008.

Soedirman, Suma’mur. Kesehatan Kerja Dalam Persepktif Hiperkes & Keselamatan Kerja. Surabaya: Erlangga; 2011.

Suma’mur. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto; 2009.

Sari MP. Iklim Kerja Panas Dan Konsumsi Air Minum Saat Kerja Terhadap Dehidrasi. Higeia. 2017;1(2):109–18.

Sari NP. Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Dehidrasi dan Kelelahan pada Tenaga Kerja Bagian Boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tramigrasi Republik Indonesia Nomor : PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011. Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Anggraini M, Fayasari A. Asupan Cairan dan Aktivitas Fisik dengan kejadian Dehidrasi pada Mahasiswa Universitas Nasional Jakarta. J Ilm Kesehat. 2020;2(2).

Tawarniate. Identifikasi Dehidrasi dengan Pengukuran Ortostatik dan Frekuensi Konsumsi Cairan pada Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada; 2011.

Juliana M, Camelia A, Rahmiwati A. Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja Pada Karyawan Bagian Produksi Pt. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. J Ilmu Kesehat Masy. 2018;9(1):53–63.

Huda AI, Suwandi T. Hubungan Beban Kerja Dan Konsumsi Air Minum Dengan Dehidrasi Pada Pekerja Pabrik Tahu. Indones J Occup Saf Heal. 2018;7(3):310–20.

Published

2020-12-08