Evaluasi Efektivitas Terapi Antituberkulosis Terhadap Kualitas Hidup Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di rumah Sakit Paru Dungus Madiun

Authors

  • Novi Ayuwardani STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Abstract

Tuberkulosis adalah penyakit menular yangdisebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Mycobacterium tuberculosis ditularkan melaluipercikan dahak (dorplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan.Pada tahun 2013, Indonesia masuk dalam negara dengan beban tinggi tuberkulosis dengan menduduki peringkat ke-4 sebagai negara penyumbang penyakit tuberkulosis setelah India, Cina, dan Afrika Selatan (WHO,2013).

Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien tuberkulosis paru di RS Paru Dungus. Metode yang dilakukuan dengan melihat gambaran karakteristikdengan menghitung prosentase jenis kelamin, usia, riwayat pendidikan dan status pekerjaan pasien TB Paru di RS Paru Dungus dan menghitung skor dari kuesioner SGRQ.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien memiliki kualitas hidup yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari prosentase data penderita TB Paru sebanyak 50,00% dengan klasifikasi skor ringan.

 

Kata kunci : kualitas hidup, tuberculosis, SGRQ

References

Depkes, 2007, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi Kedua, vi, 13, 18-20, Cetakan Pertama, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Dinas Kesehatan Kota Madiun, 2015, Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun 2015. Madiun : Dinas Kesehatan Kota Madiun

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2011,Tuberkulosis: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI; 2013.

WHO,2006,Guidance for National Tuberculosis Programmes on the Management of Tuberculosis in Children. Geneva: World Health Organization

WHO,2013, Companion handbook to the WHO guidelines for the programmatic management of drug-resistent tuberculosis Communication I, editor.Geneva: World Health Organization

Published

2019-03-26